Jumat, 31 Agustus 2012

DOSEN BERPRESTASI

DOSEN BERPRESTASI
Nama: Dede Martino
 Lahir: Jambi, 30 Mei 1965
Pendidikan:
- S-1 Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jambi
- S-2 Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Andalas

Ternyata orang-orang hebat tidak hanya datang dari benua Eropa atau Amerika, atau tidak hanya datang dari Jepang atau Australia, namun juga bisa berasal dari Indonesia. Salah satu orang Indonesia itu adalah Ir. Dede Martino, MP. Berbagai prestasi telah berhasil ia torehkan diberbagai kompetisi tingkat nasional, bahkan baru-baru ini beliau berhasil menggondol penghargaan Kalpataru. Pasalnya teknologi yang beliau ciptakan merupakan teknologi yang mampu mempercepat pengembangan dan penerapan pembangunan sanitasi pada masyarakat Indonesia. Teknologi itu bernama BPPC yang merupakan singkatan Bioreaktor Pembangkit Pupuk Cair. Produk ini merupakan salah satu dari sekian banyak teknologi yang berhasil diciptakan oleh beliau.

Produk inovatif ini telah diriset sejak 1996, pada tahun 2000 telah terbentuk prototipe pertamanya, dan 2006 mendapatkan prestasi pada Gelar Teknologi Tepat Guna Nasional di Pontianak sebagai juara harapan empat. Hingga akhir  2009 terpilih sebagai teknologi nasional dan diundang untuk dipaparkan pada  Konferensi Sanitasi Nasional, serta di undang ke Istana wakil presiden untuk menerima penghargaan sebagai teknologi  mempercepat pengembangan dan penerapan pembangunan sanitasi pada masyarakat Indonesia. Dan pada tahun ini mendapatkan penghargaan Kalpataru, karena inovasi BPPC dinilai ikut menyelamatkan lingkungan.  

Berdasarkan penuturan beliau BPPC ini telah dipakai di beberapa provinsi di Indonesia seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Manado, Jakarta, Lampung, Bengkulu, Palembang, Sumatera Utara, Pakan Baru, dan Jambi.

Jika disinggung masa kecil, ada cerita unik dari beliau. Pada saat berulang tahun , beliau meminta hadiah kepada orang tuanya berupa mikroskop. Tentu ini merupakan permintaan yang aneh diusia remaja pada umumnya, dimana pada umumnya orang seusia beliau meminta motor atau sepeda pada waktu itu. Dan pada masa SMP beliau sudah mempunyai mikroskop sendiri di rumah, tentu hal ini sangat membantu untuk memuaskan rasa keingintahuan yang besar. Dengan adanya mikroskop itu beliau mulai melakukan penelitian-penelitian kecil dimulai dari melihat bentuk virus-virus ataupun bakteri. Mikroskop yang dibelikan orang tuanya dari Dr. Harmas seharga 75 ribu kenang pak dede dimasa mudanya.  

Pengagum Albert Einstein dan Thomas Adison ini. Untuk mencapai keadaan seperti saat ini butuh perjuangan yang keras. Pasalnya untuk menggunakan laboratorium di perguruan tinggi masih berkutat dengan perizinan yang dirasa masih belum leluasa untuk bereksperimen dan melakukan berbagai penelitian. Oleh karena itu, beliau pada saat ini telah memiliki workshop sendiri di luar kampus. Gagasan ini tercipta agar beliau bisa mengoptimalkan waktu kesehariannya sehingga mempermudah pengerjaan penelitian. Bahkan beliau menuturkan setiap 3 bulan sekali beliau menghasilkan inovasi-inovasi baru yang tak terpikirkan oleh orang lain. Pada saat ini beliau telah memiliki 92 teknologi yang inovatif.

Berdasarkan pengalaman beliau dalam menciptakan teknologi. Para akademisi pada saat ini hendaknya mampu menggabungkan budaya masyarakat, nilai-nilai enterprenuer, serta memperdalam nilai religious dalam dirinya. Sehingga teknologi yang kita ciptakan mampu diterima oleh masyarakat, bukan hanya menjadi onggokan barang yang bisa kita perlihatkan kepada orang lain dan hebat menurut kita namun tidak bisa digunakan oleh masyarakat luas. Untuk itulah perlunya para akademisi dan peneliti-peneliti mempelajari budaya masyarakat, dengan demikian kita mengetahui kebutuhan apa yang pada saat ini diperlukan oleh masyarakat. Poin yang kedua adalah menerapkan nilai-nilai enterprenuership, dimana seorang peneliti harus mampu mandiri. Artinya peneliti tidak tergantung oleh pendanaan penelitian lebih lanjut mengenai temuannya kepada pemerintah. Bukan sebatas penyusunan laporan berakhir pula kegiatan penelitian tanpa merealisasikan hasil penelitian menjadi sesuatu yang memberi manfaat. Terang beliau pada saat diwawancara. Kemudian poin yang terakhir adalah dengan memperdalam nilai religious kita. Karena beliau mengatakan bahwa “Kenyataannya suatu teknologi tanpa disandingkan dengan nilai-nilai budaya masyarakat akan kehilangan jati dirinya, dan sulit diterapkan di tengah-tengah masyarakat. Bila suatu teknologi tidak diberikan nilai-nilai entrepreneurship akan sulit diterima pasar, sedangkan teknologi tanpa diberikan nilai-nilai relejius akan bisa sesat,"

Jika melihat prestasi beliau yang segudang. Untuk para kita-kita apa sih tips dan triknya untuk bisa menciptakan teknologi seperti bapak? Mau tahu jawabannya. Beliau menuturkan bahwa untuk menjadi orang yang bisa menciptakan teknologi yang bermanfaat untuk masyarakat adalah selalu berlatih untuk kreatif karena kreatif itu bisa dipelajari dan dilatih serta dicontoh untuk bisa menerapkan. Orang yang kreatif akan mampu mengendalikan keadaan yang tidak mungkin bisa menjadi sesuatu yang sangat bisa. imagination is much more important than knowledge by Albert Einstein begitulah tokoh inspirator pak dede jelaskan. Beliau menekankan bahwa imajinasi jauh lebih penting daripada pengetahuan.  

Di zaman ini tidak cukup hanya mengandalkan logika dalam menciptakan sesuatu yang besar diperlukan juga imajinasi. Kita mengetahui bahwa kemajuan dunia sudah semakin pesat, manusia sudah dapat berjalan dibulan dan tidak lama lagi manusia sudah akan bisa terbang ke planet Mars. Kita perlu menggunakan imajinasi untuk menghasilkan sesuatu yang besar. (http://www.andriewongso.com/artikel/viewarticleprint.php?idartikel=2214).

Tips yang kedua adalah bertemanlah dengan orang kreatif. Tentu anda pernah mendengar analogi ini “jika anda berteman dengan tukang besi, maka engkau akan terciup keringatnya tukang besi. Namun jika berteman dengan tukang penjual parfum, maka engkau akan terciup harumnya”. Mungkin inilah analogi yang tepat untuk bisa menjadi manusia yang kreatif.

Tips yang terakhir adalah jangan terlalu kaku menjalani hidup ini. Maksudnya sebagai calon intelektual/akademisi mau dan mampu mempelajari budaya masyarakat. Paham dengan keadaan masyarakat dan peka dengan kebutuhan apa yang diperlukan oleh masyarakat. Dengan demikian, maka akan tertanam nilai-nilai enterprenuership bagi para akademisi agar mampu mandiri dalam berkarya. Dan yang paling vital adalah perdalam nilai religious karena tanpa agama ilmu akan sesat.

Oleh: Sugiyarti



0 komentar: