DOSEN BERPRESTASI
Nama: Dede MartinoLahir: Jambi, 30 Mei 1965
Pendidikan:
- S-1 Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jambi
- S-2 Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Andalas
Ternyata orang-orang
hebat tidak hanya datang dari benua Eropa atau Amerika, atau tidak hanya datang
dari Jepang atau Australia, namun juga bisa berasal dari Indonesia. Salah satu
orang Indonesia itu adalah Ir. Dede Martino, MP. Berbagai prestasi telah
berhasil ia torehkan diberbagai kompetisi tingkat nasional, bahkan baru-baru
ini beliau berhasil menggondol penghargaan Kalpataru. Pasalnya teknologi yang
beliau ciptakan merupakan teknologi yang mampu mempercepat pengembangan dan
penerapan pembangunan sanitasi pada masyarakat Indonesia. Teknologi itu bernama
BPPC yang merupakan singkatan Bioreaktor Pembangkit Pupuk Cair. Produk ini merupakan salah satu
dari sekian banyak teknologi yang berhasil diciptakan oleh beliau.
Produk inovatif ini
telah diriset sejak 1996, pada tahun 2000 telah terbentuk prototipe pertamanya,
dan 2006 mendapatkan prestasi pada Gelar Teknologi Tepat Guna Nasional di
Pontianak sebagai juara harapan empat. Hingga akhir 2009 terpilih sebagai
teknologi nasional dan diundang untuk dipaparkan pada Konferensi Sanitasi
Nasional, serta di undang ke Istana wakil presiden untuk menerima penghargaan
sebagai teknologi mempercepat pengembangan dan penerapan pembangunan
sanitasi pada masyarakat Indonesia. Dan pada tahun ini mendapatkan penghargaan
Kalpataru, karena inovasi BPPC dinilai ikut menyelamatkan lingkungan.
Berdasarkan penuturan beliau BPPC ini telah dipakai di beberapa
provinsi di Indonesia seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Manado, Jakarta,
Lampung, Bengkulu, Palembang, Sumatera Utara, Pakan Baru, dan Jambi.
Jika
disinggung masa kecil,
ada cerita unik dari beliau. Pada saat
berulang tahun , beliau
meminta hadiah kepada orang tuanya berupa mikroskop. Tentu ini merupakan
permintaan yang aneh diusia remaja pada umumnya, dimana pada umumnya orang
seusia beliau meminta motor atau sepeda pada waktu itu. Dan pada masa SMP
beliau sudah mempunyai mikroskop sendiri di rumah, tentu hal ini sangat
membantu untuk memuaskan rasa keingintahuan yang besar. Dengan adanya mikroskop
itu beliau mulai melakukan penelitian-penelitian kecil dimulai dari melihat bentuk
virus-virus ataupun bakteri. Mikroskop yang dibelikan orang tuanya dari Dr.
Harmas seharga 75 ribu kenang pak dede dimasa mudanya.
Pengagum Albert Einstein
dan Thomas Adison ini. Untuk mencapai keadaan seperti saat ini butuh perjuangan
yang keras. Pasalnya untuk menggunakan laboratorium di perguruan tinggi masih
berkutat dengan perizinan yang dirasa masih belum leluasa untuk bereksperimen
dan melakukan berbagai penelitian. Oleh karena itu, beliau pada saat ini telah
memiliki workshop sendiri di luar kampus. Gagasan ini tercipta agar beliau bisa
mengoptimalkan waktu kesehariannya sehingga mempermudah pengerjaan penelitian.
Bahkan beliau menuturkan setiap 3 bulan sekali beliau menghasilkan
inovasi-inovasi baru yang tak terpikirkan oleh orang lain. Pada saat ini beliau
telah memiliki 92 teknologi yang inovatif.
Berdasarkan pengalaman
beliau dalam menciptakan teknologi. Para akademisi pada saat ini hendaknya
mampu menggabungkan budaya masyarakat, nilai-nilai enterprenuer, serta
memperdalam nilai religious dalam dirinya. Sehingga teknologi yang kita
ciptakan mampu diterima oleh masyarakat, bukan hanya menjadi onggokan barang
yang bisa kita perlihatkan kepada orang lain dan hebat menurut kita namun tidak
bisa digunakan oleh masyarakat luas. Untuk itulah perlunya para akademisi dan
peneliti-peneliti mempelajari budaya masyarakat, dengan demikian kita
mengetahui kebutuhan apa yang pada saat ini diperlukan oleh masyarakat. Poin
yang kedua adalah menerapkan nilai-nilai enterprenuership, dimana seorang
peneliti harus mampu mandiri. Artinya peneliti tidak tergantung oleh pendanaan
penelitian lebih lanjut mengenai temuannya kepada pemerintah. Bukan sebatas
penyusunan laporan berakhir pula kegiatan penelitian tanpa merealisasikan hasil
penelitian menjadi sesuatu yang memberi manfaat. Terang beliau pada saat
diwawancara. Kemudian poin yang terakhir adalah dengan memperdalam nilai
religious kita. Karena beliau mengatakan bahwa “Kenyataannya suatu teknologi
tanpa disandingkan dengan nilai-nilai budaya masyarakat akan kehilangan jati dirinya,
dan sulit diterapkan di tengah-tengah masyarakat. Bila suatu teknologi tidak
diberikan nilai-nilai entrepreneurship akan sulit diterima pasar, sedangkan
teknologi tanpa diberikan nilai-nilai relejius akan bisa sesat,"
Jika melihat prestasi
beliau yang segudang. Untuk para kita-kita apa sih tips dan triknya untuk bisa
menciptakan teknologi seperti bapak? Mau tahu jawabannya. Beliau menuturkan bahwa untuk
menjadi orang yang bisa menciptakan teknologi yang bermanfaat untuk masyarakat
adalah selalu berlatih untuk kreatif karena kreatif itu bisa dipelajari dan
dilatih serta dicontoh untuk bisa menerapkan. Orang yang kreatif akan mampu
mengendalikan keadaan yang tidak mungkin bisa menjadi sesuatu yang sangat bisa.
imagination is much more important than
knowledge by
Albert Einstein begitulah tokoh inspirator pak dede jelaskan. Beliau menekankan bahwa imajinasi
jauh lebih penting daripada pengetahuan.
Di zaman ini tidak
cukup hanya mengandalkan logika dalam menciptakan sesuatu yang besar diperlukan
juga imajinasi. Kita mengetahui bahwa kemajuan dunia sudah semakin pesat,
manusia sudah dapat berjalan dibulan dan tidak lama lagi manusia sudah akan
bisa terbang ke planet Mars. Kita perlu menggunakan imajinasi untuk
menghasilkan sesuatu yang besar. (http://www.andriewongso.com/artikel/viewarticleprint.php?idartikel=2214).
Tips yang kedua adalah
bertemanlah dengan orang kreatif. Tentu anda pernah mendengar analogi ini “jika
anda berteman dengan tukang besi, maka engkau akan terciup keringatnya tukang
besi. Namun jika berteman dengan tukang penjual parfum, maka engkau akan
terciup harumnya”. Mungkin inilah analogi yang tepat untuk bisa menjadi manusia
yang kreatif.
Tips yang terakhir
adalah jangan terlalu kaku menjalani hidup ini. Maksudnya sebagai calon
intelektual/akademisi mau dan mampu mempelajari budaya masyarakat. Paham dengan
keadaan masyarakat dan peka dengan kebutuhan apa yang diperlukan oleh masyarakat.
Dengan demikian, maka akan tertanam nilai-nilai enterprenuership bagi para
akademisi agar mampu mandiri dalam berkarya. Dan yang paling vital adalah
perdalam nilai religious karena tanpa agama ilmu akan sesat.
Oleh: Sugiyarti
0 komentar:
Posting Komentar