Gedung putih dengan atap tradisional Jambi, terletak sekitar 10 meter di sebelah kiri depan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dan sekitar 6 meter tepat di depan Fakultas Hukum. Lahan parkirnya tak selalu penuh oleh kendaraan. Pintu kaca dengan kusen putih dan terali besi yang berfungsi sebagai pintu masuk untuk menyambut Anda.
Rak yang terbuat dari kayu berwarna coklat yang berfungsi sebagai temapt penitipan tas berada tepat di depan Anda.
Seseorang berseragam satpam duduk tak jauh dari rak penitipan tas tersebut, menjaga sebuah meja tamu sebagai tempat pengunjung menuliskan namanya dalam buku pengunjung perpustakaan. Satpam itu bernama Kemas Arsyad. Pak Kemas segera menyambut saya dan rekan saya. Kami menitipkan tas kami dan berbincang sedikit dengan beliau.
”Wah... Pak, namanya mirip dengan nama rektor kita.” canda kami padanya.
Pak Kemas tersipu, ”ya, kebetulan saja,” kata beliau. Pak Kemas sudah bekerja selama dua tahun untuk menjaga perpustakaan Unja. Sebelumnya dia bertugas di Rektorat.Menurut beliau,”menjaga perpustakaan lebih santai, walaupun sering terasa capek karena harus mengawasi perpustakaan yang cukup besar.”
Sebenarnya tugas Pak Kemas dibantu oleh 4 kamera pengintai yang terletak di sudut ruangan perpustakaan utama. Namun, pengawasan harus tetap dilakukan secara langsung dengan berkeliling perpustakaan sewaktu pengunjung ramai. Pak Kemas lalu mempersilahkan kami masuk, setelah kami menuliskan nama dan menunjukkan kartu perpustakaan.
Kami menemui Kepala UPT Perpustakaan Unja, Syafri Syam SH. MH di ruang administrasi pustakawan. Beliau mempersilahkan kami duduk, dan mengenalkan kami dengan beberapa pustakawan yang sedang menyortir buku.
Ruangan administrasi ini cukup luas, ada sekitar 8 meja yang tersusun mengelilingi ruangan. Tapi hanya ada 1 unit komputer yang terletak di salah satu sudut ruangan. Warnanya sudah kusam dan tampaknya masih pentium 2 atau 3.
Pak Syafri Syam mempersilahkan kami mengelilingi perpustakaan untuk melihat fasilitas-fasilitas yang tersedia.Kami sempat bertanya kepada Beliau tentang perpustakaan Internasional UNJA. ”Perpustakaan Internasional UNJA saat ini sedang dalam tahap pembangunan. Perpustakaan 3 lantai itu akan dilengkapi dengan teknologi digital dan sistem informasi yang lebih modern, ”kata beliau.
Kepala Bidang Pelayanan Perpustakaan,yang baru saja menyelesaikan pasca sarjananya, Lutriani S.Sos, juga mengatakan hal yang sama mengenai perpustakaan internasional. Idealnya sebuah perpustakaan memiliki sistem otomasi, digital library, tenaga profesional pustakawan, dan disiplin yang tinggi dari setiap pegawai. Namun, perpustakaan UNJA belum memiliki semua itu. Beliau berharap ada kepedulian untuk meningkatkan kualitas SDM para pegawai perpustakaan
Eddi Herwanto, seorang pustakawan muda, menjelaskan pada kami fasilitas-fasilitas yang tersedia di perpustakaan UNJA. ”Saat ini ada sekitar 85.000 judul buku. Nah, di perpustakaan ini ada 5 titik layanan, yaitu: bagian sirkulasi (tempat meminjam dan mengembalikan buku), referensi dan tandon, skripsi, admistrasi dan tempat fotokopi.” Menurut Pak Eddi, ”Minat baca mahasiswa agak kurang,kalau sudah sibuk nyusun skripsi baru ke perpustakaan”
Selain itu, para dosen jarang sekali menugaskan mahasiswa ke perpustakaan untuk mengerjakan tugas. Ini juga merupakan suatu kendala, kurangnya kerja sama antar unit di lingkungan UNJA. Banyak mahasiswa yang belum mengembalikan buku yang mereka pinjam, tapi bisa mengambil ijazah, padahal salah satu syarat administrasi menyelesaikan studi adalah bebas pustaka.
Pak Eddi menambahkan, ”Seharusnya ada kerjasama antara perpustakaan dengan tv-e dalam meningkatkan minat baca.” Ketika kami ceritakan tentang komentar mahasiswa yang mengatakan buku di perpustakaan tidak lengkap, dengan tegas Eddi menjawab, ”jangan mengatakan tidak ada! Kami selalu siap membantu mahasiswa untuk menemukan buku yang mereka inginkan. Jika memang tidak ada disini, kami bisa memberi tahu dimana buku itu ada, misalnya di perpustakaan wilayah atau perpustakaan kota.”
Hal ini merupakan salah satu kesempatan yang kurang dimanfaatkan oleh para mahasiswa di UNJA.Para mahasiswa tidak mau bertanya pada pustakawan tentang buku yang mereka perlukan. Dengan transparan Pak Eddi menyampaikan beberapa sarannya untuk kemajuan perpustakaan, ”Beri tempat untuk pustakawan menulis artikel, lebih seringlah berkunjung ke perpustakaan, usulkan buku-buku yang kalian butuhkan pada kami dan jangan malu bertanya pada kami untuk mendapatkan informasi buku-buku yang sedang Anda cari.”
Seperti kata peribahasa”Adat teluk timbunan kapal”, bertanyalah pada yang banyak tahu.
NB:
Fakta perpustakaan:
1. Pengunjung terbanyak adalah mahasiswa FKIP
2. Pengunjung tersedikit adalah mahasiswa peternakan
3. Dari tahun 1980an sampai sekarang, ada ribuan buku yang tak tau dimana rimbanya.Segera kembalikan buku yang Anda pinjam,karena buku tersebut bukan milik kita tapi milik negara.
(Irna Christina)
Minggu, 21 Maret 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar