Koordinator Liputan : Zakia Era Zuana
Reporter : Fitriadi, Prastiwi
Mau dibawa kemana......
Bus KPN kita.............
Jika kau terus menunda-nunda....
Untuk menyelesaikan masalah yang ada.....
Mungkin lirik lagu dari armada tersebut sedikit banyaknya bisa menggambarkan keberadaan Bus KPN kita saat ini.
Universitas jambi, Bus transportasi yang diperuntukkan khusus mahasiswa dan pegawai ini disinyalir banyak mengalami bongkar pasang. Bus transportasi sejenis bus pariwisata yang biasa dinamakan KPN ini diketahui dari salah seorang sopir KPN berjumlah 4 armada bus ditambah dengan satu armada bus berwarna putih dan berplat merah.
“Suasananya nyaman, bersih dan ber- AC, membuat para pengguna menjadi betah berlama-lama berada dalam KPN” ungkap Yulia, tentang bus berwarna biru ini.
Namun, 3 armada bus berwarna biru mengalami kelumpuhan sehingga tidak bisa beroperasi secara optimal. Kalau menilik dari aturan yang sebenar-benarnya, KPN putih tersebut diperuntukkan khusus bagi pegawai Universitas Jambi, bukan untuk mahasiswa.
Bus KPN merupakan salah satu usaha dari Koperasi Pegawai Negeri yang saat ini masih dalam proses pelunasan. Karena bus ini merupakan bentuk kerja sama dengan pihak swasta dengan sistem rental.Hal ini mengakibatkan besar pasak daripada tiang bagi para sopir dan pihak pengelola.
KPN yang dikelola melalui kerja sama antara pihak KOPMA UNJA dan penyewaan kendaraan Iqbal servis melalui sitem perjanjian kotrak selama 1 tahun, totalnya memiliki 3 bus.
Namun pendapatan para sopir tetap saja berkurang. Selain karena mengalami bongkar pasang sebanyak 3 armada, berkurangnya pendapatan sopir KPN juga disebabkan oleh Keengganan para mahasiswa untuk naik bus KPN karena para mahasiswa telah memiliki kendaraan pribadi dan telah banyaknya pemukiman atau kos-kosan/ asrama di sekitar kampus. Selain itu ongkos atau penetapan tarif juga disinyalir sebagai penyebabnya.
Yulia Fransiska, mahasiswa Fakultas Hukum berkomentar ”Nggak naik KPN karena ongkosnya terlalu mahal buat mahasiswa yang ekonominya pas-pasan. Tapi, untuk mahasiswa yang ekonominya berkecukupan, hal ini tidak terlalu mahal. Selain itu bus KPN datangnya sering tidak ontime, sehingga kami sering telat kalau naik KPN. Ada dosen-dosen tertentu yang tidak mengizinkan kami masuk kuliah, jika datang telat”
Sedangkan mahasiswa yang punya kendaraan, lebih memilih tetap pakai kendaran pribadi, karena biayanya lebih murah dan praktis, karena tidak harus berulang kali naik angkot, apalagi yang rumahnya jauh. Keadaan ini disetujui oleh Rizka, mahasiswa Ekonomi UNJA
Namun, A.Arliusmar K. salah seorang pegawai kopma yang telah 4 tahun bekerja di KOPMA TRIDARMA menuturkan hal tersebut merupakan kebijakan dari pihak pengelola. Pendapatan tersebut pun digunakan untuk pelunasan bus KPN, gaji para sopir dan untuk pengoperasian berikutnya dengan sistem bagi hasil (SHU) dengan pihak Iqbal service.
Semakin bebasnya mobil angkot berlalu lalang di area kampus disinyalir sebagai hubungan sebab-akibat dari berkurangnya jumlah KPN.
Jumlah armada bus KPN yang berkurang secara tidak langsung mengakibatkan semakin bebasnya mobil angkot beralalu-lalang di area kampus. padahal saat KPN masih beroperasi secara normal, tidak terlihat mobil angkot yang beroperasi di area kampus.
Bagaikan makan buah simalakama, bus KPN berkurang para mahasiswa membutuhkan alat transportasi untuk menjalani rutinitas perkuliahan. Maka mau tak mau angkot menjadi pilhan terakhir.
Ronal, salah seorang sopir bus KPN yang memilki side job di WKS mengatakan bahwa baru satu bulan ia bekerja menjadi sopir KPN dan sistem pengoperasian bus KPN adalah sistem borongan.Artinya seberapa besar ia mendapatkan pemasukan dalam satu hari, maka ia harus memberi seberapa besar kewajiban setoran dan apabila berlebih dari target setoran maka akan menjadi keuntungan si sopir. Namun, jika berkurang maka si sopir akan buntung. Hal ini berarti, si sopir bekerja dalam kungkungan kejar terget setoran.
Hal inilah yang manjadi alasan mengapa KPN sering tidak on time, karena harus menunggu sampai bus terisi penuh oleh penumpang.
Hal ini tentunya akan membuat jenuh dan bosan bagi para penumpang yang masuk bus duluan. Seringkali para mahasiswa menjadi telat masuk kuliah dan bahkan tidak diizinkan masuk kuliah oleh dosen-dosen tertentu.
Saat ditanyai apa harapan kedepannya, Ronal hanya mengatakan keinginannya untuk menjadi sopir tetap bus KPN. Ia juga menuntut kepedulian dari pihak pengelola agar lebih dioptmalkan lagi keadaan masing-masing bus tersebut. Ia juga berharap agar bus KPN tetap beroperasi dengan baik dan tidak merugikan mahasiswa juga tentunya.